Sedia masakan Chinese Food atau Japanese Food sudah sering kita dengar, apalagi American Food yang bisa didapat di restoran cepat saji di seluruh dunia.
Tersedianya berbagai jenis makanan dari negara lain tentu akan memperkaya wawasan mengenai kuliner, sebuah jenis masakan di sebuah negara lain dan diadaptasi di negeri sendiri.
Tentu sepanjang yang saya ketahui, beredarnya berbagai jenis masakan itu adalah sebagai variasi pilihan makanan bagi penduduk setempat untuk berjajan makanan untuk memuaskan selera makan dengan berbagai macam rasa di lidah. Chinese food atau Japanese food di sini bukan di sediakan untuk orang-orang China atau Jepang yang datang ke Indonesia dan ingin mencicipi makanan yang sudah biasa dengan keinginan lidah mereka, karena tentu sebagai turis mereka juga ingin mengetahui rasa masakan Indonesia.
Tapi terkadang tidak selalu demikian. Ada pula yang meski sudah berjalan jauh ke sebuah negara sebagai turis, tetap saja tidak bsia berkompromi terhadap jenis makanan di daerah tersebut. Bahkan di tempat pusat turis tertentu ada Bar Jerman misalnya, sebuah tempat untuk melepaskan dahaga bagi mereka yang berasal dari Jerman dan berkumpul dengan komunitas mereka, meski sedang tidak berada di negara sendiri. Hmm, entah apa yang dinginkan jenis pelancong seperti ini, saya harus belajar untuk memahami dan mencari waktu bercengkerama dengan mereka :)
Di suatu sudut di kota Chiang Mai, Thailand, saya juga menemukan tempat berkumpulnya penjual masakan “Arabia Muslim Restaurant (Halal Food)”. Tingginya arus pengunjung dari Timur Tengah ke kota Chiang Mai membuat kota ini menyediakan sebuah tempat khusus bagi untuk wisatawan dari Timur Tengah plus Pakistan, India, dan Bangladesh, seperti yang tertulis di spanduknya, menariknya kenapa Indonesia tidak tercantum? Padahal ketiga negara itu kan bukan Arab sama sekali? Apalagi jika melihat profil negera Indonesia, maka sudah sepantasnya wisatawan Indonesia juga akan banyak mencari ‘halal food’.
Pusat jajanan makanan di Chiang Mai yang di atas jelas pasar pengunjungnya bukan menyasar orang-orang Chiang Mai yang doyan menjajaki berbagai jenis kuliner (tidak dilarang kalau mau mencicipi makanan Arab, semua bebas), tapi ia merupakan jenis penyedia makanan bagi mereka yang berasal dari negara Timur Tengah yang kebetulan datang ke Chiang Mai, mirip seperti Bar Jerman (yang kebetulan saya sempat lihat di Chiang Mai juga). Di Indonesia sepertinya jarang ditemui jajanan kuliner yang disediakan bagi turis negera tertentu.
Jika saya menteri pariwisata, maka saya akan mempromosikan masakan Indonesia dari berbagai daerah dengan gencar, terutama nasi gandul dari Juwana dan sate madura. Eh, menteri kan tidak seharusnya netral ya? Ah, mumpung masih dalam tahap berandai-andai :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar