Sabtu, Februari 21, 2009

Melakukan Segalanya untuk Menumbuhkan Kesadaran

Untuk apa mereka mau melakukan ini semua?

Selalu menyedihkan jika setiap kita membuka koran dan mendapati berita mengenai meletusnya konflik di mana-mana, terjadinya kerusakan lingkungan, korupsi, dan lain-lain. Banyaknya kejadian yang buruk yang tampaknya tidak berujung tersebut telah membawa beberapa di antara kita terjun ke dalam jurang pesimisme dan berkata, “Mungkinkah kita dapat menciptakan dunia lebih baik?”

Munculnya pertanyaan di atas sudah merupakan hal yang klasik. Melihat begitu sulitnya permasalahan yang dihadapi umat manusia membuat banyak di antara kita tidak mau berpikir dan skeptis terhadap berbagai usaha dan kampanye yang dilakukan oleh mereka yang memiliki kepercayaan mendalam untuk bekerja demi kehidupan yang lebih baik. Mungkin mereka dikatakan sok heroik dan buang-buang tenaga saja.

Namun, banyaknya berita buruk yang kita dapat dari berbagai media bukan berarti usaha-usaha dari mereka yang berupaya untuk menciptakan dunia yang lebih baik telah gagal. Jika kita melihat konflik antara Israel dan Pelestina yang terus berkelanjutan, maka bukan berarti tidak pernah ada usaha yang dipikirkan dan dilakukan agar permasalahan ini bisa berakhir.

Jika kita semua berpikir bahwa upaya sekecil apapun yang kita lakukan akan sia-sia dan tidak membawa hasil, maka tidak akan ada yang bergerak untuk berupaya mengakhiri sebuah permasalahan sehingga potensi masalah itu menjadi kian berlarut-larut lebih besar.

Maka, kita tidak perlu heran mengapa banyak lembaga yang menawarkan sebuah pertukaran pelajar internasional (contohnya lembaga Rotary Club, Chevening, Ford Foundation, Proworld dsb.) atau mengadakan pertemuan bagi para pemuda lintas negara, karena mereka yakin bahwa dengan cara seperti ini pemuda antarbangsa bisa berkomunikasi dan saling memahami satu dengan lainnya dengan lebih baik. Saya bahkan pernah mengetahui adanya pertemuan bagi pemuda Israel dan Palestina yang disponsori oleh sebuah lembaga yang peduli.

Jika kita mengukur konflik yang terus terjadi antara Palestina dan Israel, misalnya, dan menganggap pertemuan antarnegara yang dilsponsori oleh lembaga-lembaga tersebut telah gagal, maka saya yakin kita telah kehilangan setitik harapan untuk menciptakan saling pengertian antarbangsa. Syukurlah lembaga-lembaga tersebut masih yakin dengan cita-cita mereka dan getol memberikan beasiswa bagi banyak pemuda di berbagai negara.

Maka jangan heran jika segala usaha mereka lakukan untuk menyebarkan informasi dan membangkitkan kesadaran masyarakat yang belum mendapatkan informasi mengenai sebuah isu.

Greenpeace, contohnya, tidak lelahnya melakukan aksi-aksi terhadap mereka yang dianggap merusak lingkungan, salah satunya dengan cara mengecat dengan menuliskan “Penjahat Lingkungan” sebuah kapal pengangkut kayu selundupan ilegal, mengganggu kapal yang menangkap ikan secara merusak, membentangkan spanduk protes, demonstrasi, dan lain-lain. Namun, bukan berarti Greenpeace hanya bergerak jika ada kejadian, sehingga beberapa orang skeptis menganggap hanya mencari sensasi. Tentunya karena kejadian tersebut unik sehingga ia diliput media massa. Tidak terhitung upaya-upaya kecil Greenpeace yang tidak terliput media massa karena “tidak mempunyai nilai berita” (beberapa media, artinya tidak semuanya, membutuhkan berita yang ‘layak jual’, seperti berita perang, skandal, atau yang bersifat unik) seperti penyuluhan, mengarahkan para relawan, atau menerbitkan laporan-laporan mengenai lingkungan.





Al Gore, sang peraih Nobel Perdamaian, tidak henti-hentinya memberikan presentasi untuk mengampanyekan akan bahayanya pemanasan global (global warming). Dalam film dokumenternya yang tersohor “An Inconvenient Truth” ia mengingatkan bahwa, “Semua pilihan ada di tangan kita. Kita harus memiliki kegigihan untuk mewujudkannya. Apakah kita tertinggal sementara seluruh dunia bergerak maju (dalam mencegah terjadinya pemanasan global),” menyinggung mengenai belum ditandatanganinya Protokol Kyoto oleh Pemerintah Amerika. Ia tidak lelah membangkitkan kesadaran rakyat Amerika dan kita semua.

Grup musik Slank juga membuat lagu yang berhubungan dengan bahaya korupsi yang merajalela di Indonesia.

Upaya-upaya melalui jalur politik juga memunculkan nama seperti Marthi Ahtisaari, sang penengah antara GAM dan RI, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Martin Luther King Jr, dan banyak nama yang kontribusinya tidak sedikit.

Masih ada banyak individu dan lembaga di seluruh dunia yang tidak semua usahanya bisa diliput media, namun itu bukan berarti bahwa mereka tidak melakukan sesuatu. Perbuatan sekecil apapun dari kita jika akan bermanfaat untuk setiap langkah maju dalam mendukung usaha menuju sebuah perbaikan, bahkan jika perbuatan itu kira terapkan seminim mungkin yaitu hanya untuk diri kita sendiri seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak korupsi, tidak menipu, berani mengakui kesalahan dan meminta maaf, tidak berkonflik dengan orang lain, dan lain-lain.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyebarkan informasi dan membangun kesadaran, karena tidak mustahil ada salah satu di antara yang mendapatkan informasi tersebut tergerak hatinya untuk ikut mendukung berbagai macam kampanye yang ditawarkan.

Oleh karena itu, teruslah bergerak dan bekerja, sesuai dengan kapasitas dan kegemaran kita masing-masing. Tidak mudah tetapi menyenangkan :)

Gambar diambil dari:
1. http://www.greenpeace.org.uk/media/press-releases/greenpeace-activists-defend-dogger-bank
2. http://www.thelohasian.com/2008/02/greenpeace-protest-of-airport-expansion.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar